Sabtu, 03 September 2011

I'm survived because you, Babe!

aku kembali merasakan indahnya jatuh cinta. Entah apa yang ada dipikiranku saat itu, namun yang pasti aku selalu tanpa sadar tersenyum kala melihatnya bercumbu dengan bola NBA. Ya, dia adalah salah satu anak basket di sekolahku. Beberapa kali melihatnya bertanding membuat alam bawah sadarku seketika bersenandung takjub. High five-nya selalu aku nantikan. Lompatan lincahnya selalu aku rindukan, dan 3 point shootnya selalu aku dambakan. Aku sadar, mungkin aku sudah terjerembab dalam pesona yang selalu ia bagikan lewat senyum dibibirnya. Lewat sorot teduh menghanyutkan yang membuat hatiku kala itu menjerit. Sungguh! Rasanya ingin sekali aku memiliki manis senyumnya, teduh matanya, menawan posturnya, dan hey! Wajahnya yang memang memikat membuatku luluh kala ia berada tak jauh dariku. Aku selalu senang melihatnya. Apa sewaktu badan atletisnya berbalut kemeja OSIS putih ketat, Sewaktu bersimbah keringat kala bercumbu dengan 3 point shoot, atau berkemeja rapih saat tangannya memetik senar. Kala aku merasakan semua itu, kembali hati kecilku bertanya "Apa benar aku sudah bisa lepas dari bayang-bayang Cinta Pertamaku itu?"  pertanyaan itu tak bisa ku jawab. Ya, I don't know about my feel.
Singkat cerita, kami berkenalan. Ya, kami. Benar, aku dan dia. Aku dan anak basket itu! Saat pertama kali menjabat tangannya, aku merasakan lututku lemas. Aku semakin terbawa saat ia tersenyum dan mengerling hangat. Tuhan, adakah hal yang lebih menyiksa dari ini?! Lambat laun kami semakin akrab. Ia sering mengunjungi rumahku saat malam minggu. Setiap hari ia tak pernah absen memenuhi inbox ponselku dengan sejuta perhatiannya. Perhatian. Ya. Perhatian manisnya membuatku mutlak menetapkan kalau AKU JATUH CINTA TERHADAPNYA, DAN AKU YAKIN SEKALI HUBUNGAN KAMI AKAN BERLANJUT. Rasanya aku begitu bahagia bisa mengenalnya. Bisa mendapat perhatiannya. Bisa jalan berdua dengannya. Dan yang paling penting, AKU BAHAGIA BISA LEPAS DARI BELENGGU CINTA PERTAMAKU. Tuhan, inikah balasan atas rasa sakitku terdahulu? Yeah, right!  Berbekal semua argumen itu, itu yang membuat aku tersenyum dan mengangguk saat ia bertanya "Apa hubungan kita bisa berkembang lebih dari ini?" Hari itu juga aku resmi menjadi kekasihnya. Semua normal-normal saja, hingga memasuki minggu ke tiga ia mulai berubah dimataku. Ia sering membatalkan janji kencan denganku. Mengirim pesan pun jarang sekali. Ia bukan orang yang aku kenal. Ya, bukan. Ia berbeda. Ia berubah, dan aku tak suka dengan segala perubahannya. Apakah ia jenuh denganku? Apakah ia tak mencintaiku lagi? Aku tahu kalau semakin aku bertanya negativ, secara tak langsung otakku pun tersugesti dengan energi negativ. Maka aku mencoba tetap percaya padanya, dan berusaha untuk mengerti akan kesibukannya berlatih basket atau kesibukannya mengurus band. Aku tetap mencoba percaya, karena aku mencintaimu, sayang. Aku tetap mencoba bertahan, karena aku yakin kau masih mencintaku, Sayang! RIGHT, I'M SURVIVED BECAUSE YOU, BABE!

With Love, 


Ladies Story :)

0 komentar:

Posting Komentar

share your coment please :)

Sabtu, 03 September 2011

I'm survived because you, Babe!

Diposting oleh Ladies Story di 23.32
aku kembali merasakan indahnya jatuh cinta. Entah apa yang ada dipikiranku saat itu, namun yang pasti aku selalu tanpa sadar tersenyum kala melihatnya bercumbu dengan bola NBA. Ya, dia adalah salah satu anak basket di sekolahku. Beberapa kali melihatnya bertanding membuat alam bawah sadarku seketika bersenandung takjub. High five-nya selalu aku nantikan. Lompatan lincahnya selalu aku rindukan, dan 3 point shootnya selalu aku dambakan. Aku sadar, mungkin aku sudah terjerembab dalam pesona yang selalu ia bagikan lewat senyum dibibirnya. Lewat sorot teduh menghanyutkan yang membuat hatiku kala itu menjerit. Sungguh! Rasanya ingin sekali aku memiliki manis senyumnya, teduh matanya, menawan posturnya, dan hey! Wajahnya yang memang memikat membuatku luluh kala ia berada tak jauh dariku. Aku selalu senang melihatnya. Apa sewaktu badan atletisnya berbalut kemeja OSIS putih ketat, Sewaktu bersimbah keringat kala bercumbu dengan 3 point shoot, atau berkemeja rapih saat tangannya memetik senar. Kala aku merasakan semua itu, kembali hati kecilku bertanya "Apa benar aku sudah bisa lepas dari bayang-bayang Cinta Pertamaku itu?"  pertanyaan itu tak bisa ku jawab. Ya, I don't know about my feel.
Singkat cerita, kami berkenalan. Ya, kami. Benar, aku dan dia. Aku dan anak basket itu! Saat pertama kali menjabat tangannya, aku merasakan lututku lemas. Aku semakin terbawa saat ia tersenyum dan mengerling hangat. Tuhan, adakah hal yang lebih menyiksa dari ini?! Lambat laun kami semakin akrab. Ia sering mengunjungi rumahku saat malam minggu. Setiap hari ia tak pernah absen memenuhi inbox ponselku dengan sejuta perhatiannya. Perhatian. Ya. Perhatian manisnya membuatku mutlak menetapkan kalau AKU JATUH CINTA TERHADAPNYA, DAN AKU YAKIN SEKALI HUBUNGAN KAMI AKAN BERLANJUT. Rasanya aku begitu bahagia bisa mengenalnya. Bisa mendapat perhatiannya. Bisa jalan berdua dengannya. Dan yang paling penting, AKU BAHAGIA BISA LEPAS DARI BELENGGU CINTA PERTAMAKU. Tuhan, inikah balasan atas rasa sakitku terdahulu? Yeah, right!  Berbekal semua argumen itu, itu yang membuat aku tersenyum dan mengangguk saat ia bertanya "Apa hubungan kita bisa berkembang lebih dari ini?" Hari itu juga aku resmi menjadi kekasihnya. Semua normal-normal saja, hingga memasuki minggu ke tiga ia mulai berubah dimataku. Ia sering membatalkan janji kencan denganku. Mengirim pesan pun jarang sekali. Ia bukan orang yang aku kenal. Ya, bukan. Ia berbeda. Ia berubah, dan aku tak suka dengan segala perubahannya. Apakah ia jenuh denganku? Apakah ia tak mencintaiku lagi? Aku tahu kalau semakin aku bertanya negativ, secara tak langsung otakku pun tersugesti dengan energi negativ. Maka aku mencoba tetap percaya padanya, dan berusaha untuk mengerti akan kesibukannya berlatih basket atau kesibukannya mengurus band. Aku tetap mencoba percaya, karena aku mencintaimu, sayang. Aku tetap mencoba bertahan, karena aku yakin kau masih mencintaku, Sayang! RIGHT, I'M SURVIVED BECAUSE YOU, BABE!

With Love, 


Ladies Story :)

0 komentar on "I'm survived because you, Babe!"

Posting Komentar

share your coment please :)